Sabtu, 05 Januari 2013

Malam Terakhir Bulan Desember


Suara terompet bersahut – sahutan dengan bunyi mercon dan kilatan cahaya kembang api , hujan gerimis yang sedari tadi mengguyur tidak mengurangi antusias tetangga-tetangga kecilku ini, mereka dengan semangat meniup terompet yang baru saja mereka beli tadi sore, di sinilah aku sekarang berada di rumahku di tengah – tengah hangatnya keluargaku, di akhir sebuah tahun yang pernah di sebut- sebut sebagai akhir dari dunia, di penghujung tahun yang  di nanti oleh sebagian orang untuk membuktikkan apakah kiamat benar – benar akan datang pada 21 Desember 2012, dan suara mercon dan terompet itu membuktikan bahwa kiamat masih rahasia Tuhan. Dan Sang Waktu hanya menjalankan tugasnya untuk berjalan dan tak berulang,sekarang Senin malam, 31 Desember 2012 , hari terakhir dari 365 hari yang telah berlalu di belakang, dan semua kenangan yang ada di tahun 2012 , jelas tidak akan pernah terulang lagi di 365 hari mendatang, Banyak yang terjadi di tahun kemarin, persahabatan, tawa, kesedihan perjuangan dan banyak lagi kisah – kisah yang menghiasi berlalunya waktu kemarin, Hampir semuanya berkesan ,dan akan sangat panjang jika dijelaskan satu persatu, 
Saat - saat terakhir menggunakan seragam abu - abu, sekolah sudah seakan menjadi rumah kedua bagi ku, dan kami adalah sebuah keluaraga yang ada di dalamnya, seringkali aku dengan teman – teman tinggal hingga malam di sekolah untuk mengerjakan tugas akhir kami di penjurusan multimedia,  Sempat aku dan sahabat – sahabatku menyelamatkan persahabatan kami yang hampir hancur karena sebuah fitnah, Selain itu catatan lain saat 2012, yaitu usaha kami untuk menembus ujian masuk perguruan tinggi, aku dan teman – teman yang mempunyai semangat yang sama membentuk sebuah kelompok belajar, karena saat itu bagi kami biaya bimbingan belajar terlalu mahal, beruntung kami dibantu oleh teman – teman dari kakak perempuan temanku yang kebetulan mereka sedang liburan semester, kami menamai kelompok belajar kami “The Dreamer”, disana kami saling bertukar ilmu dan saling menyemangati, saat terakhir pertemuan pembelajaran itu, salah satu dari kakak yang membantu kami mengatakan, “ Seberapa kuat keinginan kalin? Seberapa yakin kalian bisa mewujudkannya?”, lalu ia menyodorkan sebuah pensil, lalu berkata kembali “ Keyakinan dan semangat kalian akan bisa mematahkan pensil ini dengan hanya satu jari tangan saja,jari telunjuk kalian, memang terlihat seperti tidak mungkin, tapi itu mungkin, ketakutan itu yang harus kalian kalahkan”. Masing – masing dari kami maju untuk mematahkan pensil kayu itu. “ Simpanlah pensil itu , sebagai penanda bahwa kalian akan mematahkan rintangan yang ada di depan dan keragu – raguan kalian, kalau kalian mulai lemah dan tidak bersemangat, lihatlah pensil yang patah itu, ingatlah pada semangat kalian saat membuatnya patah jadi dua”.Dan Pensil itu aku simpan.
Tetapi ternyata semangat itu di uji oleh-Nya, Nama kami tidak tercantum pada pengumuman hasil seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur undangan, hanya satu orang yang namanya muncul, dan itu pun melalui jalur undangan reguler, aku menagis kecewa semalaman, dan teman – teman pun begitu, tetapi saat itu kami masih saling menyemangati, aku ingat aku sempat berkata “ Jika Tuhan belum mengabulkan do’a kita hari ini, mungkin dia telah mempersiapkan yang lebih baik untuk kita” . Dan mereka menjawabnya dengan amin yang panjang tulus dari dalam hati. Setelah hari itu kami mengikuti wawancara lain dari PENS Surabaya, aku mempersiapkan berkas dengan semangat meskipun hanya punya waktu selama satu hari, sampai waktu maghrib kami baru menyelesaikan pengumpulan berkasnya, keesokan harinya kami wawancara. Tetapi lagi – lagi ini bukan jalan kami, Nama kami sepuluh orang yang mengikuti wawancara ini , tidak ada satupun yang tercantum. Saat itu aku benar – benar kehilangan setengah dari semangatku, Sampai hari dimana aku bertemu dengan salah satu teman SMP ku di acara syukuran teman, Aku menceritakana apa yang aku alami , kemudian dia berkata “ Itu Artinya Allah percaya kalau kamu bisa melewati ujian tulis, dan itu lebih terhormat”. Dan harapanku saat itu hanya pada ujian tulis.
Dan pengumuman hasil ujian nasional tiba, kami lulus 100 %. Bahagia rasanya mendengarnya kami bisa masuk bersama – sama dankeluar bersama – sama. Seminggu sebelum purnawiyata aku dengan ketujuh sahabatku sibuk mencari baju kebaya dengan warna yang sama, sepatu yang juga sama. Pada hari purnawiyata aku bangun sangat pagi, orang – orang baru turun dari surau, kami sudah berangkat ke salon  untuk dirias. Akhir – akhir menjelang kelulusan banyak sekali yang aku pikirkan sampai – sampai aku mimisan saat akan dirias, “ sudah nggak usah dipikirkan”, kata temanku , aku hanya tersenyum. Hari itu aku berharap namaku yang akan disebut sebagai nilai terbaik dari jurusan kami, aku hanya ingin melihat senyum bangga bapak , yang meninggalkan pekerjaanya hari itu untuk menghadiri wisuda purnawiyataku, tetapi ternyata bukan namaku yang disebut, Walaupun aku tidak mengatakannya , Bapak tau saat itu raut wajahku dengan mata yang berkaca – kaca mengatakan kata maaf padanya “ Gak popo nduk sing penting wes usaha”, itulah kata – kata bijaksana yang beliau katakan. Menenangkan hati anaknya yang sedang kecewa.
Awal Juli 2012 hasil pengumuman ujian tulis masuk perguruan tinggi mengantarkanku pada IAIN Sunan Ampel Surabaya, Membawaku pada dunia yang berbeda, tinggal di pesantren mahasiswa mempelajari hal baru yang belum pernah aku pelajari sebelumnya, sekaligus mengantarkanku bertemu orang – orang hebat dan penuh semangat yang ada di AMBISI (Aliansi Mahasiswa Bidikmisi), dan semenjak sebulan yang lalu bersama The Ambisius People aku berproses di Laskar Ambisius untuk mewujudkan mimpi – mimpiku,menginjakkan kaki di Jepang, melihat Aurora di Norwegia, melanjutkan Studi ke Temple University, sekarang seakan tidak mungkin, tetapi bukankah seluruh Dunia ini milik Allah? dan tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Dan sekarang kami di Laskar Ambisius sedang berusaha, meskipun apa yang kami lakukan hanya sebuah langkah awal, tetapi langkah ini pasti, perlahan namun pasti kami bergerak untuk bertindak dan merubah mimpi – mimpi ini menjadi sebuah kenyataan. Dan Aku pun yakin Allah melihat usaha kami, Seperti perkataan Leo Teolstoy, yang dituliskan Andrea Hirata pada salah satu novelnya yang berjudul - Sang Pemimpi-, “ Tuhan Tau Tapi Menunggu”.
Ini adalah catatan akhir tahunku, yang lebih mirip dengan nostalgia dan curhatan panjang, apa yang terjadi di 2012, aku jadikan bahan koreksi diri, banyak waktuku yang hanya berlalu sia – sia tanpa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat, semoga catatan ini akan  bisa mendorongku untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik dari yang sebelumnya,  lebih keras dalam berusaha dan lebih mendislipinkan diri, lebih bisa mengatur waktu, mengisinya dengan hal yang lebih bermanfaat. Dengan bismillahirohmannirrohim akan kusambut esok pagi, hari perdana di tahun 2013, dengan segala semangat baru, untuk menyambut gemilangnya masa depan  ! ^_^



Ditemani oleh Gerimis, 31 Desember 2012